Resume Filsafat Ilmu
RESUME BUKU
Judul: Filsafat Ilmu
Penulis: Prof. Dr. Ahmad Tafsir
Penerbit: PT Remaja Rosdakarya (Cetakan Pertama, Agustus 2016)
BAB I
PENDAHULUAN
Penulis menceritakan tentang yang dibahas
dalam mata kuliah filsafat pengetahuan, seperti pelet, kebal, santet, saefi
dan lain-lain. Penulis juga membahas tentang pengetahuan yang dibagi menjadi dua
yaitu, pengetahuan yang didapat begitu saja tanpa ada niatan dan usaha untuk
mengetahuinya dan pengetahuan yang pada dasarnya ingin diketahui dan
membutuhkan usaha untuk mengetahuinya, biasanya karena belajar. Dan rasa ingin
tahu yang sudah ada karena takdir. Selain itu penulis juga menjelaskan tentang Pengetahuan
Filsafat yang merupakan pengetahuan yang dapat dipertanggungjawabkan secara
rasional, pengetahuan yang agak aneh yang disebut pengetahuan Misti, dan
pengetahuan seni yang merupakan pengetahuan (tentang indah tidak indah) dan
etika (baik tidak baik).
Logis dan Rasional
Penulis yang merupakan seorang dosen, telah
mengajar filsafat sejak tahun 1970 atau sudah sekitar 30 tahunan. Beliau
menganggap logis dan rasional itu pengertiannya sama, namun setelah
berulangkali membaca tulisan Kant, disitulah beliau menemukan perbedaan anatara
dua istilah tersebut. Menurut pemahamannya rasional merupakan sesuatu yang
sesuai dengan hukum alam dan kebenarannnya hanya dapat diukur dengan hukum
alam. Dan logis terbagi menjadi dua, yaitu logis rasional yaitu sesuatu yang
masuk akal, dan logis supra-rasional, yaitu sesuatu yang masuk akal namun tidak
sesuai dengan hukum alam. Penulis juga menuliskan kesimpulan sebagai implikasi
konsep logis.
BAB II
PENGETAHUAN SAIN
A. Ontologi Sain
Penulis membahas tenatang hakikat dan struktur
sain. Hakikat sain membahas tentang apa sebenarnya itu sain dan struktur sain
membahas tentang cabang-cabang sain beserta isinya.
1. Hakikat Pengetahuan Sain
Penulis melakukan uji coba terhadap
hipotesisnya dengan mengikuti prosedur metode ilmiah, tentang semakin banyak
makan telur maka akan semakin sehat, begitupun sebaliknya. Beliau menggunakan
metode eksperimen dengan cara mengambil dua kampung yang salah satunya disuruh
makan telur selama setahun dengan teratur, dan satu kampung lainnya tidak boleh
makan telur selama satu tahun juga. Setelah itu penulis meneliti kesehatan kedua
kampung tersebut dan hasilnya, warga kampung yang makan telur itu rata-rata
lebih sehat. Setelah terbukti tentang kebenaran hipotesis penulis, kemudian
hipotesis tersebut berubah menjadi sebuah teori “Semakin banyak makan telur
akan semakin sehat” atau “Telur berpengaruh positif terhadap kesehatan”. Selain
itu, penulis juga menuliskan tentang cara kerja sain yang merupakan kerja
mencari hubungan sebab akibat atau mencari tentang pengaruh sesuatu terhadap
yang lain. Ilmu sain berisi teori.
Struktur Sain
Sain terbagi dua, sain kealaman dan sain sosial. Selain itu dituliskan nama
ilmu (sain) ditambah dengan pengetahuan humaniora (yang mungkin dapat
digolongkan kedalam sain sosial).
1) Sain Kealaman:
Astronomi, Fisika (mekanika, bunyi, cahaya dan optik, fisika, nuklir), Kimia
(kimia organik, kimia teknik), Ilmu Bumi (paleontologi,
ekologi, geofisika, geokimia, mineralogi, geografi), Ilmu Hayat:
(biofisika, botani, zoolagi)
2) Sain Sosial:
Sosiologi ( sosiologi komunikasi, sosiologi politik, sosiologi pendidikan, Antropologi
(antropologi budaya, antropologi ekonomi, antropologi politik), Psikologi
(psikologi pendidikan, psikologi anak, psikologi abnormal), Ekonomi
(ekonomi makro, ekonomi lingkungan, ekonomi pedesaan), Politik (politik
dalam negeri, politik hukum, politik internasional)
3) Humaniora:
Seni (seni abstrak, seni grafika, seni pahat, seni tari), Hukum (hukum
pidana, hukum tata usaha negara, hukum adat), Filsafat (logika,
ethika, estetika), Bahasa (sastra), Agama (Islam,
Kristen, Confusius), Sejarah (sejarah Indonesia, sejarah dunia)
B. Epistemologi Sain
Disini diuraikan tentang objek pengetahuan
sain, cara memperoleh dan mengukur pengetahuan sain.
1. Objek Pengetahuan Sain
Objek pengetahuan sain harus semua objek yang
empiris, karena bukti yang harus ditemukan juga merupakan bukti yang empiris,
bukti tersebut untuk menguji bukti rasional dalam sebuah hipotesis. Objek yang
dapat diteliti oleh sain: alam, tumbuhan, hewan, manusia, serta semua kejadian
yang terjadi di sekitar alam, tumbuhan, hewan dan manusia. Dari penelitian
tersebutlah munculnya teori-teori sain yang berkelompok atau dikelompokkan
dalam masing-masing cabang sain. Inilah yang disebt struktur sain, baik cabang
sain maupun isi dari cabang sain tersebut..
2. Cara Memperoleh Pengetahuan Sain
Menurut penulis pertama timbul pengetahuan
filsafat yang hampir bersamaan dengan berkembangnya pengetahuan sain dan
pengetahuan mistik.
Perkembangan sain didorong oleh paham
Humanisme, yaitu paham filsafat yang mengajaran bahwa manusia mampu mengatur
dirinya dan alam. Humanisme telah muncul sejak zaman Yunani lama (Yunani
Kuno). Dan aturan tersebut dibuat oleh akal manusia, karena akal dianggap mampu
dan akal pada setiap manusia bekerja berdasarkan aturan yang sama. Aturan
merupakan logika yang secara alami terdapat pada akal setiap manusia, dan akal
merpakan alat dan sumber yang paling disepakati oleh manusia. Maka, Humanisme
melahirkan Rasionalisme.
Rasionalisme merupakan paham yang mengatakan bahwa akal adalah alat
pencari dan pengukur pengetahuan. Pengetahuan dicari dengan akal berarti dicari
dengan berpikir logis, dan diukur dengan menggunakan akal berarti diuji apakah
penemuan tersebut logis atau tidak. Bila logis artinya benar dan sebaliknya.
Namun berpikir logis tidak menjamin didapatkannya kebenaran yang disepakati,
maka dari itu diperlukan alat lain yaitu Empirisme.
Empirisme merupakan paham filsafat yang mengajarakan bahwa yang
benar merupakan yang logis dan memiliki bukti empiris. Namun empirisme masih
memiliki kekurangan juga, yaitu empirisme belum terukur dan hanya menemukan
konsep yang bersifat umum seperti: api itu panas, air yang baru diseduh itu
panas dan lainnya. karena belum terukur, maka diperlukanlah alat lain yaitu,
Positivisme.
Positivisme mengajarakan bahwa kebenaran adalah yang logis, ada bukti
empirisnya dan terukur. “Terukur” inilah yang sangat penting dari Positivisme.
Air yang panas itu diukur suhunya yaitu 80 derajat celcius. Ukuran-ukuran yang
operasional, kuantitatif ini tidak memungkinkan perbedaan pendapat. Positivisme
sudah disetujui untuk membuat aturan yang mengatur manusia dan alam. Namun
begitu masih dibutuhkan alat lain yaitu Metode Ilmiah. Tetapi Metode
ilmiah tidak memberikan hal yang baru dan hanya mengulang ajaran Positivisme
secara lebih operasional. Untuk mendapatkan pengetahuan yang benar, perlu
dilakukan langkah: logico-hypothetico-verificatif. Maksudnya,
pertama perlu dibuktikan bahwa itu logis, kemudian ajukan hipotesis dan
kemudian lakukan pembuktian hipotesis itu secara empiris. Metode Ilmiah
dijelaskan dalam bidang ilmu yan disebut Metode Riset, inilah yang
menghasilkan model-model Penelitian yang menjadi instansi terakhir dan
operasional dalam membuat aturan untuk mengatur manusia dan alam.
3. Ukuran Kebenaran Pengetahuan Sain
Untuk
membuktikan benar atau tidaknya sebuah hipotesis, perlu dilakukannya sebuah
eksperimen. Apabila melakukan eksperimen dengan serius, hipotesis pasti
didukung oleh kenyataan, dan jika telah
dudukung oleh kenyataan maka sebuah
hipotesis akan menjadi teori, dan suatu teori dikatakan benar, apabila ia logis
dan empiris. Jika suatu teori selalu didukung oleh bukti empiris, maka teori
tersebut naik tingkatannya menjadi hukum atau aksioma.
Hipotesis
dalam sain merupakan sebuah pernyataan yang sudah benar secara logika, namun
belum ada bukti empirisnya. Bulum atau tidak adanya bukti yang empiris tidak
dapat menyimpulkan bahwa hipotesis itu salah. Hipotesis benar, apabila logis. Kelogisan
suatu hipotesis atau teori itu lebih penting ketimbang bukti empirisnya.
C. Aksiologi Sain
Penulis menuliskan tentang kegunaan sain, cara sain
menyelesaikan masalah dan netralitas sain.
1. Kegunaan Pengetahuan Sain
Ada tiga kegunaan teori sain:
1) Teori sebagai alat eksplanasi
2) Teori sebagai alat peramal
3) Teori sebagai alat pengontrol
2. Cara Sain Menyelesaikan Masalah
Langkah-langkah sain dalam
menyelesaikan masalah: mengidentifikasi masalah, mencari teori dan menetapkan
tindakan penyelesaian. Namun sain belum tentu dapat menyelesaikan masalah, jika
sain gagal maka sebaiknya masalah tersebut diberikan ke filsafat. Mungkin
filsafat dapat menyelesaikannya, atau mungkin juga dapat dibantu dengan pengetahuan
mistik. Dan menurut penulis akan lebih baik jika masalah diselesaikan secara
bersama antara sain, filsafat dan mistik.
3. Bonus
Menurut penulis netralitas sain atau sain netral
sebenarnya telah menyimpang dari maksud penciptaan sain. Sain yang tadinya
dibuat untuk membantu manusia dalam menghadapi kesulitan hidupnya, ini telah
terlihat bahwa maksud sain itu tidak netral. Dan sain netral ini justru malah
menambah kesulitan bagi manusia.
Sain tidak netral merupakan paham yang sesuai dengan
ajaran semua agama dan juga sesuai dengan niat ilmuwan ketika menciptakan teori
sain. Jadi sebenarnya bagi penganut paham sain netral itu tidak ada lowongan
atau ruang, dan sain tidak netral merupakan yang lebih bijaksana untuk kita
memihaknya.
Krisis sain modern, terdapat beberapa kesalahan yang
terjadi pada sain modern: Pertama, tentang space atau jagad raya.
Kedua, tentang matter atau materi. Ketiga, tentang
kausalitas. Keempat, tentang uncertainty dari Heisenberg. Kelima,
tentang partikel sub-atomik. Dan yang keenam, kerusakan ekologi
menyeluruh.
Pengembangan ilmu, karena ilmu merupakan teori, maka
mengembangkan ilmu sekaligus mengembangkan teorinya. Dan ada beberapa
kemungkinan dalam mengembangkan ilmu: Pertama, menyusun teori baru. Kedua,
menemukan teori baru untuk menggantikan teori lama. Ketiga, merevisi
teori lama. Keempat, membatalkan teori lama. Prosedur dan
langkah-langkah pengembangan ilmu ditentukan oleh jenis ilmunya.
BAB III
PENGETAHUAN FILSAFAT
A. Ontologi Filsafat
Yang penulis jelaskan dalam ontologi filsafat
ini adalah hakikat filsafat dan struktur filsafat (cabang filsafat) yang biasa
disebut sistematika filsafat.
1. Hakikat Pengetahuan Filsafat
Banyak para ahli yang mendefinisikan filsafat
dengan berbagai arti, namun penulis mengatakan untuk para pemula dalam
filsafat, pahami saja bahwa pegetahuan filsafat merupakan pengetahuan yang
logis dan tidak empiris.
2. Struktur Filsafat
Filsafat terdiri atas tiga cabang besar: ontologi,
membahas tentang hakikat segala sesuatu, epistemologi, cara memperoleh
pengetahuannya, dan aksiologi, membahas tentang keguanaan dari
pengetahuan tersebut. Penulis juga membahas tentang filsafat baru yaitu,
filsafat perennial. Filsafat perennial merupakan pengetahuan filsafat
tentang yang selalu ada (Budy Munawar Rahman dalam Komaruddin Hidayat dan M.
Wahyuni Nafis, hal xii, xxix). Selain itu dalam buku ini juga dibahas bahwa
hakikat Filsafat Perennial ada tiga: metafisika, psikologi dan etika.
Dibahas juga mengenai Filsafat Pos Modern (Post Modern Philosophy), yang
disebut sebagai Filsafat Pascamodern (Posmo) dekonstruksi mengkritik Filsafat
Modern, dan Rasionalismelah yang harus didekonstruksi karena Filsafat Modern
didominasi dengan Rasionalisme. Rasionalsime sendiri merupakan paham filsafat
yang mengatakan bahwa akal itulah alat pencari dan pengukur kebenaran. Namun orang-orang
posmo menganggap bahwa ada sumber kebenaran lain selain rasio, seperti agama
misalnya.
B. Epistemologi Filsafat
Penulis menjelaskan tentang tiga hal dalam epistemologi
filsafat, yaitu: objek filsafat (yang dipikirkan), cara memperoleh pengetahuan
filsafat dan ukuran kebenaran (pengetahuan filsafat).
1. Objek Filsafat
Tujuan filsafat ialah mencari kebenaran yang
paling benar. Objek penelitannya pun lebih luas dari objek penelitian sain.
Sain hanya dapat meneliti objek yang ada dan empiris, sedangkan jika abstrak,
sain tidak dapat menelitinya. Filsafat dapat meneliti objek yang ada tapi
abstrak, dan yang mungkin ada (sudah jelas abstrak).
2. Cara Memperoleh Pengetahuan Filsafat
Berfilsafat berarti berfikir, dan berfikir
pasti menggunakan akal. Akal merupakan alat yang kita gunakan untuk mengetahui
sesuatu yang tidak empirik. Walaupun keberadaanya diragukan, namun akal telah
menghasilkan filsafat. Penulis mengatakan bahwa, janganlah kita ketergantungan
dengan filsafat, karena filsafat merupakan produk dari akal yang belum
diketahui identitasnya.
3. Ukuran Kebenaran Pengetahuan Filsafat
Filsafat dapat dikatakan benar, bila logis dan
begitu pun sebaliknya. Namun kebenarannya tersebut tidak dapat dibuktikan
secara empiris, karena jika logis dan empiris itu merupakan pengetahuan sain.
Dan ukuran logis tidaknya filsafat, dapat terlihat dari argumen yang
menghasilkan teori tersebut, karena filsafat dapat juga disebut sebagai
argumen.
C. Aksiologi Pengetahuan Filsafat
Penulis menjelaskan tentang kegunaan
pengetahuan filsafat dan cara filsafat menyelesaikan masalah.
1. Kegunaan Pengetahuan Filsafat
Disini penulis menjelaskan tentang tiga hal
untuk mengetahui kegunaan filsafat: Pertaama, filsafat sebagai kumpulan
teori filsafat. Kedua, filsafat sebagai metode pemecahan masalah. Ketiga,
filsafat sebagai pandangan hidup (philosophy of life). Selain itu penulis
juga membahas tentang Kegunaan Filsafat bagi Akidah, akidah ini
merupakan bagian dari ajaran agama islam yang mengatur cara berkeyakinan,
khususnya terhadap Tuhan. Kegunaan Filsafat bagi Hukum, dalam
islam terkadang hukum islam diartikan syari’ah dan juga terkadang fikih (fiqh).
Filsafat sangat membantu dalam pengembangan hukum dalam islam, khususnya
filsafat sebagai metodologi. Dan Kegunaan Filsafat bagi Bahasa,
bahasa merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan atau
mengekspresikan perasaan dan pikiran. Filsafat sangat berperan bagi bahasa,
karena hubungan keduanya sangat erat dan filsafat sangat berpengaruh dalam
perkembangan bahasa juga dalam menentukan kualitas bahasa.
2. Cara Filsafat Menyelesaikan Masalah
Filsafat juga memiliki kegunaan lain yaitu,
sebagai methodology. Artinya filsafat sebagai metode ini digunakan untuk
menyelesaikan masalah dalam kehidupan bahkan dalam memandang dunia, yang
bersifat mendalam dan universal.
Bonus
Cara Orang Umum Menilai
Tiga cara
orang menilai suatu pernyataan: Pertama, ia menilai berdasarkan
ketidaktahuannya tersebut. Kedua, menilai dengan menggunakan pendapatnya
sebagai ukuran. Dan yang Ketiga, menilai dengan menggunakan pendapat
umumnya pakar sebagai alat ukur. Tipe orang yang pertama ini: diam, kedua:
mempelajarinya, dan yang ketiga mempelajarinya secara luas dan mendalam,
umumnya mengemukakan pendapat berdasarkan pendapat pakar.
Netralitas Filsafat
Penulis
menjelaskan tentang netralitas filsafat dengan tiga hal yang menurutnya perlu
diperhatikan: 1) dalam filsafat ada Filsafat Nilai atau Etika, dalam etika ini
pasti membicarakan tentang nilai maka pastilah etika tidak bebas nilai. 2) filsafat
itu merupakan pemikiran orang, karena pemikiran orang maka tidak mungkin orang
itu netral dalam berpikir. 3) kemungkinan netralnya filsafat pada logika, jika
logika itu netral belum tentu filsafat juga netral, karena logika masih
diragukan apakah termasuk filsafatatau bukan.
BAB IV
PENGETAHUAN MISTIK
Pada bab ini
penulis menjelaskan tentang pengetahuan mistik, pengetahuan mistik merupakan
pengetahuan supra-rasional mengenai objek yang supra-rasional. Dan juga
diuraikannya sebagai: ontologi pengetahuan mistik, epistemologi pengetahuan
mistik, dan aksiologi pengetahuan mistik.
A. Ontologi Pengetahuan Mistik
1. Hakikat Pengetahuan Misik
Disini penulis menuliskan tentang apa itu
mistik, yang dikutipnya dari berbagai sumber. Dan dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan mistik itu merupakan suatu pengetahuan supra-rasional yang
terkadang memiliki bukti empiris, namun tidak dapat dibuktikan secara empiris.
2. Struktur Pengetahuan Mistik
Mistik terbagi menjadi dua, yaitu: mistik
biasa dan mistik magis. Mistik biasa merupakan mistik yang tidak menggunakan
kekuatan apapun, dan dalam islam bisa disebut tasawuf. Sedangkan mistik magis
itu kebalikan dari mistik biasa, mistik magis dibagi menjadi dua yaitu mistik
magis putih dan mistik magis hitam. Mistik magis putih merupakan mistik magis yang
menggunakan dukungan dari Tuhan, sehingga membutuhkan dukungan sang Ilahi.
Dalam islam contohnya seperti: mukjizat, karamah, dan ilmu hikmah. Sedangkan
mistik magis hitam merupakan mistik magis yang bergantung pada kekuatan setan
atau roh jahat, seperti santet dan sihir. Mistik magis hitam juga biasanya
menggunakan jampi-jampi dan mantra, sedangkan mistik magis putih menggunakan
doa dan wirid.
B. Epistemologi Pengetahuan Mistik
1. Objek Pengetahuan Mistik
Yang menjadi objek dalam pengetahuan mistik
ialah objek yang abstrak-supra-rasional, seperti Tuhan, malaikat, surga, jin
dan lain-lain. Selain itu juga ada objek yang supra-natural seperti debus,
pelet, santet dan penggunaan jin, objeknya ini tidak dapat dipahami oleh rasio.
2. Cara Memperoleh Pengetahuan Mistik
Pengetahuan mistik tidak diperoleh melalui
akal rasional dan indera, ia diperoleh melalui rasa. Menurut kaum sufi, untuk
mengetahui hakikat Tuhan, harus memperbesar unsur lahut (unsur rohani) dan
mengurangi sebanyak mungkin unsur nasut (unsur jasmani) seperti membersihkan
rohaninya dan nafsu jamanisah. Pengetahuan mistik lainnya, seperti kebal dan
pelet juga memerlukan latihan, dan latihan itu umumnya merupakan latihan batin.
Penulis menyimpulkan bahwa epistemologi pengetahuan mistik ialah pelatihan batin.
3. Ukuran Kebenaran Pengetahuan Mistik
Kebenaran dari pengetahuan mistik dapat diukur
dengan berbagai ukuran. Dapat diukur degan kepercayaan, seperti yang dikatakan
oleh Tuhan dalam Al-Quran bahwa surga dan neraka itu ada, dan kita dapat
mengukurnya dengan kepercayaan. Selain itu pengetahuan mistik juga dapat diukur
dengan menggunakan bukti yang empiris, Kebal yang merupakan salah satu dari
pengetahuan mistik, misalnya seseorang yang memperlihatkan bahwa dirinya tidak
mempan ditusuk jarum, di depan banyak orang.
C. Aksiolog Pengtahuan Mistik
1. Kegunaan Pengetahuan Mistik
Menurut penulis mistik biasa digunakan untuk
memperkuat keimanan, bagi kalangan sufi mistik biasa dapat menentramkan jiwa
mereka. Mistik magis putih digunakan untuk kebaikan, biasanya para pemegang
mistik ini menggunakan pengetahuannya sebagai pengobatan secara mistik (penyakit yang tidak dapat ditangani
dokter). Dan mistik magis hitam digunakan untuk kejahatan.
2. Cara Pengetahuan Mistik Menyelesaikan Masalah
Penulis menjelaskan tentang pengetahuan mistik
yang menyelesaikan masalahnya itu tidak menggunakan proses inderawi dan juga
proses rasio. Selain itu disini juga penulis menjelaskan tentang cara kerja
mistik magis putih dan cara kerja mistik magis hitam.
Bonus
Ilmu Putih vs Ilmu Hitam
Untuk mengetahui perbedaan antara ilmu hitam
dan ilmu putih, penulis membahasnya disini. Perbedaannya secara teoretis dapat
dilihat dari segi ontologi, epistemologi, maupun aksiologi mistik tersebut.
Ilmu mistik magis harus lolos dalam uji ontologi, epistemologi, dan
aksiologinya, karena apabila salah satunya tidak lolos maka dapat digolongkan
ilmu tersebut adalah ilmu hitam. Alat pengujinya adalah alajaran kebenaran.
Netralitas Pengetahuan Mistik
Pengetahuan
mistik itu tidak netral, karena sebagian dari pengetahuan mistik merupakan
ajaran agama seperti surga dan neraka (ilmu yang membahas tentang ajaran agama
pasti tidaklah netral). Dan dalam mistik magis bersifat individualis yang
artinya ia subjektif (tidak netral).
Beberapa Contoh Pengetahuan Mistik
1) Mukasyafah
Ontologi
Mukasyafah termasuk mistik putih. Mukasyafah
merupakan pengetahuan tentang Tuhan dan berasumsi bahwa Allah itu ada, dan
selain Allah juga ada. Namun pengetahuannya ini tidak dapat dipahami oleh indra
atau pun rasio. Pengetahuan ini hanya dapat dipahami oleh spiritual manusia.
Epistemologi
Menurut Ibnu Sina ada dua tahapan untuk
menempuh jalan cahaya yaitu, iradah (kehendak) dan riyadhah
(latihan). Menurutnya iradah adalah kerinduan yang dirasakan manusia pada saat
dirinya merasa kesepian dan tida berdaya. Penyatuan antara iradah dan riyadhah
dalam diri salik akan menyebabkan diri sanggup melihat kilasan-kilasan cahaya
ilahi dan merasakan keagungan Allah dalam hatinya yang terasa sangat
menyenangkan namun begitu cepat berlalu.
2) Ilmu Laduni
Ontologi
Ilmu laduni merupakan ilmu batiniah, bukan hasil
pemikiran dan ilmu yang diterima langsung melalui ilham, iluminasi, atau
inspirasi dari sisi Tuhan. Ilmu ladun juga dapat dimiliki oleh manusia selain
nabi dan rasul dengan syarat orang tersebut telah mencapai maqam (tingkatan
martabat) tertentu.
Epistemologi
Menurut kaum sufi, pada saat seseorang telah
mencapai maqam wali Allah, maka Tuhan menjadikan matanya dapat melihat
seperti Mata Tuhan, telinganya dapat mendengar seperti Telinga Tuhan. Karena
itu mereka dapat berhubungan dengan alam
gaib seperti malaikan, serta mengetahui hal-hal yang belum terjadi. Untuk
mencapai maqam tersebut perlu dilakukan pembersihan diri (hati) melalui riyadhah
dan mujahadah yang akan menghailkan musyaadah (tembus
pandang) terhadap ke Ilahian Tuhan ketika telah terbukanya hijab (dinding
pembatas) antara hamba dan Tuhannya.
Aksiologi
Beberapa kegunaan ilmu laduni: supaya memahami
ilmu dengan tepat, dapat mengetahui tingkatan ilmu seseorang, mengetahui ilmu
seseorang, dapat mengambil ilmu seseorang yang diinginkan, dapat membedakan
antar jin, setan, malaikat, dan dapat berdialog dengan mereka, dapat mengetahui
dan menyembuhkan penyakit seseorang, dapat menyembuhkan orang yang terkena
santet, dapat mengetahui jodoh dan nasib seseorang, dapat mengetahui kematian
seseorang, dapat mengetahui keinginan
seseorang tanpa ia mengatakannya.
3) Saefi
Ontologi
Dalam bahasa arab saefi berarti pedang
(tajam), saefi juga merupakan ilmu berupa rentetan bacaan yang ditujukan kepda
Allah, doa yang dibaca terus menerus atau berulang kali akan menjadi darah
daging bagi orang itu, sehingga nilai doa itu akan memiliki ketajaman seperti
pedang yang diasah berulang kali. Maksudnya doa tersebut menjadi cepat
dikabulkan oleh Tuhan.
Epistemologi dan Aksiologi
Pengetahuan saefi merupakan salah satu pengetahuan
magis putih yang diperolehnya seperti memperoleh pengetahuan hikmah. Cara
memperolehnya berbagai macam, tergantung pada gurunya dan jenis saefinya.
Tetapi secara umum saefi didapatkan dengan banyak dzikrullah dan
menjauhi maksiat. Beberapa macam saefi:
1) Saefi Dzilfaqar: orang yang mimiliki
pengetahuan ini berwibawa.
2) Saefi Mughni: orang yang memiliki pengetahuan
ini mendadak menjadi kaya.
3) Saefi Umum: apabila diamalkan maka apapun yang
diinginkannya akan tercapai.
4) Saefi Antazaman: dapat menyelamatkan orang
dari pengaruh zaman.
4) Jangjawokan
Ontologi
Jangjawokan berasal dari bahasa sunda yang
merupakan sebuah kalimat-kalimat yang memiliki magis tertentu. Pada masyarakat
sunda sendiri jangjawokan itu seperti doa untuk keperluan tertentu contohnya:
ujian sekolah, dagangan laris, jadi pemberani, jodoh dan lainnya.
Epistemologi
Bacaan janjawokan biasanya diajarkan oleh guru
secara lisan. Biasanya orang datang ke guru pada saat membutuhkan saja, seperti
pada saat berlomba orang tersebut datang bertujuan agar ia dapat menang dan
biasanya agar khasiatya ampuh ada syarat-syarat yang perlu dilakukan seperti
puasa, betapa, dan lainnya sesuai dengan perintah gurunya.
Aksiologi
Jangjawokan itu semacam jampi atau mantra yang
berkembang di daerah tertentu, dan disini membahas tentang jangjawokan di
daerah sunda. Biasanya ini diberikan atau diajarkan hanya pada saat diperlukan.
Sandaran yang dipakai kadang ke Allah kadang ke dewa atau ke jin. Jangjawokan
ini agak sulit untuk dibuktikan termasuk mistik putih atau hitam. Beberapa
contoh Jangjawokan:
1) Asihan Nabi Yusuf: agar dicintai perempuan
2) Asihan Perorangan: mempertebal kisah kasih
cinta yang sudah lama retak
3) Penyembuhan Bisul
4) Penyembuhan Sakit Ulu Angen
5) Memandikan Orang yang Mempunyai Tanda
6) Memberantas Hama Wereng
5) Sihir
Ontologi
Sihir merupakan usaha yang dilakukan manusia
sebagai suatu tipu daya dalam mewujudkannya, meminta bantuan yang halu (setan)
untuk merubah sesuatu yang benar menjadi salah. Penulis mengutip tulisan Suraso
Orakas (White Magic, 1989: 21-22) yang menyatakan bahwa sihir itu
terbagi dua yaitu sihir klasik dan sihir modern.
Epitemologi
Sihir selalu menggunakan bantuan jin kafir dan inilah beberapa model sihir:
1) Thariqat al-Iqsan (bersumpah atas nama jin)
2) Thariqat al-Dzabhi (menyembelih sembelihan)
3) Thariqat Sufliyah (melakukan kenistan)
4) Thariqat Najasah (menuliskan ayat Al-Quran
menggunakan najis)
5) Thariqat al-Tankis (menuliskan ayat Al-Quran
dengan susunan sungsang)
6) Thariqat Tanjim (menujum menggunakan bintang)
7) Thariqat Kaffi (melihat melalui telapak
tangan)
8) Thariqat al-Atsar (menggunakan benda-benda
bekas pakai)
Mantra tidak tergantung pada bahasa, karena
sihir dapat digunakan dengan bahasa apapun asalkan syarat ketentuannya
terpenuhi maka sihir tersebut akan efektif, walaupun tidak mengerti bahasa yang
digunakannya. Sihir dapat dimiliki jika telah melaksanakan urutan latihan khass
magis, biasanya terdiri dari latihan konsentrasi, latihan untuk menambah
tingkat keyakinan, dan bentuk latihannya bisa berupa puasa, tapa dan menghafal
mantra.
Aksiologi
Ilmu sihir lebih beorientasi pada orang yang
memanfaatkannya (pemesan) dan penyihir itu sendiri (yang mendapatkan imbalan)
dan bagi pemesan akan merasa puas jika keinginannya terpenuhi oleh si penyihir.
Ada dua penggunaan sihir yaitu dikenakan pada badan dan pada harta korban.
Beberapa jenis sihir: sihir perceraian, sihir guna-guna, hipnotis, sihir gila,
sihir lesu, sihir suara panggilan, sihir penyakit, sihir pendarahan dan sihir
menghalangi pernikahan.
6) Ilmu Kebal
Ilmu kebal merupakan ilmu tentang menjaga diri
tanpa alat apapun agar tidak mempan dari senjata tajam aau benda lain yang
dapat melukai. Ilmu ini didapatkan dengan cara supra-natural atau
supra-rasional (mistik). Ilmu ini bisa diperoleh dengan hasil belajar dan
bawaan. Ilmu kebal berguna untuk menjaga diri dari kecelakaan ataupun kejahatan
dan dapat pula untuk menolong orang lain dari kejahatan. Jika tujuannya baik
maka dapat disebut ilmu putih dan jika sebaliknya maka dapat disebut ilmu
hitam.
7) Santet
Dari berbagai sumber penulis menyimpulkan
bahwa santet merupakan suatu pengetahuan tentang mahluk gaib yang dapat
diperintah untuk mempengaruhi korban dengan menggunakan simbol-simbol dan
upacara ritual. Karena cara mempelajarinya susah maka hanya segelintir oranglah
yang dapat memiliki ilmu ini. Santet digunakan untuk menyakiti dan membunuh,
alat-alatnya berupa tongkat cendana, taring babi, kayu kaboa, gigi harimau,
pakaian hitam, boneka dari kain putih, jarum, silet, air, buah bergetah, dan
mantra-mantra.
8) Pelet
Ontologi
Pelet merupakan tindakan yang sengaja
dilakukan seseorang terhadap seseorang untuk mendapatkan cintanya, tanpa
disadari oleh orang yang dipelet. Pelet dibagi menjadi dua yaitu pelet yang
menggunakan huruf-huruf arab yang terdapat dalam kitab-kitab mujarabat
dan pelet yang diambil dari ajaran setan yang biasanya diperoleh dari penyihir.
Epistemologi dan Aksiologi
Jenis pelet yang pertama dapat diperoleh jika
berguru kepada kyai atau ustadz yang memiliki ilmu tersebut dan pelet yang
kedua biasanya diperoleh dari dukun atau sejenis penyihir. Sihir memiliki dua
kegunaan yaitu untuk mengakrabkan persahabatan, hubungan suami istri, atasan
bawahan. Dan melmelet lawan jenis untuk dijadikan pasangan hidup (dilakukan
dengan paksaan)
9) Debus
Ontologi
Dalam buku ini debus sama dengan ilmu kebal,
ada ritual tertentunya juga contohnya kulit tahan air panas cukup hanya dengan
wiridan saja, untuk bisa makan kaca pendebus harus puasa dan wirid. Dan
banyaknya wirid dan puasa ditentukan dengan tingkat kemampuan yang hendak dicapai.
Epistemologi
Ada dua hal yang harus dipenuhi untuk
memperoleh kemampuan debus: Pertama, harus suci badan dari hadas besar
dan kecil, dan juga suci dari dosa khususnya dosa besar. Kedua, dituntut
adanya kebulatan dan keyakinan dalam hari.
Aksiologi
Debus awalnya digunakan kerajaan islam di
Banten untuk menyebarkan agama islam (media dakwa), setiap wirid debus diawali
dengan syahadat, dan orang yang melihatnya cukup hanya dengan membaca syahadat
sebagai karcis.
10) Tentang Jin
Jin merupakan makhluk yang diperkirakan antara
manusia dan roh, karena tidak terlihat. Jin terbuat dari api dan populasinya
lebih banyak dari manusia. Mereka juga memiliki agama dan ras yang berbeda-beda
seperti manusia, mereka ada disetiap sudut bumi baik di air, udara ataupun
dibumi. Salah satu jenis jin adalah jin qarin yaitu jin yang bertugas
mendampingi seseorang dimana pun dan kapan pun. Dengan mengetahui tentang jin
dapat menambahkan keimanan, karena jin selalu berusaha menjauhkan manusia dari
Tuhannya.
11) Nyambat
Ontologi
Dalam bahasa sunda nyambat berarti memanggil,
menghadirkan, mendatangkan roh melalui sebuah ritual dengan bacaan tertentu.
Epistemologi dan Aksiologi
Beberapa jenis nyambat:
1) Asrar: memaanggil yang gaib untuk mengetahui
sesuatu yang tidak terlihat dan terdengar
2) Abdul Jabbar: menghadirkan kekuatan dan
kesaktian Abdul Jabbar
3) Pajajaran: menghadirkan khadam berupa
siluman yang menjelma menjadi harimau
4) Kuda Lumping: menghadirkan makhluk gaib,
berasal dari majalengka
5) Kesurupan: memanggil jin (khadam) untuk
membantu mengeluarkan jin pengganggu dalam tubuh seseorang
6) Tenaga Gaib: untuk membangkitkan tenaga gaib
yang ada dalam tubuh kita
7) Pedukunan (al-kahin)
8) Ramal
12) Ilmu Kanuragan
Ilmu ini merupakan ilmu bela diri yang berasal
dari latihan fisik, bisa datang dari dalam ataupun luar. Secara umum ilmu
kenuragan dapat digunakan untuk:
1) Melumpuhkan ilmu hitam
2) Menyedot dan membalikkan ilmu lawan
3) Untuk menotok lawan dari jarak jauh
4) Untuk memukul lawan dari jarak jauh
5) Untuk memukul musuh dengan hawa panas
Komentar
Posting Komentar