Pengertian Pembentukan Karakter
Hakekat karakater menurut
Simon Philips, karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu
sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Sedangkan
Doni Koesoema, memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian
dianggap sebagai ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari diri
seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan. Sementara Winnie, memahami
bahwa istilah karakter memiliki dua pengertian. Pertama, ia
menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku. Apabila seseorang berperilaku
tidak jujur, kejam, atau rakus, tentulah orang tersebut memanifestasikan
perilaku buruk. Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku jujur, suka menolong,
tentulah orang tersebut memanifestasikan karakter mulia. Kedua, istilah
karakter erat kaitannya dengan “personality”. Seseorang baru bisa
disebut orang yang berkarakter (a person of character) apabila tingkah
lakunya sesuai kaidah moral. Menurut saya karakter adalah akhlak ataupun kepribadian yang dimiliki seseorang yang dapat membedakan satu sama lain. Karakter seseorang itu berbeda-beda, ada yang baik dan ada juga yang kurang baik, tergantung bagaimana kita yang menentukan. Lingkunganpun dapat mempengaruhi karakter kita, karena kebiasaan yang kita lakukan sehari-hari bisa mempengaruhi pembentukan karakter pada diri kita. Seperti rajin ibadah, terbiasa sopan dan santun, membantu sesama manusia, mengahargai hak dan kewajiban orang lain, bersikap jujur dan bertanggung jawab, semua kebiasaan inilah yang akan mencetak kita menjadi orang yang berkarakter baik. Dan sebaliknya jika kita mengikuti kebiasaan buruk yang ada pada lingkungan kita, maka akan terbentuk pulalah manusia yang berkarakter buruk. Jika kita dapat menyaring pengaruh baiknya saja dan membentengi diri untuk tidak terpengaruh dengan lingkungan yang kurang baik, maka insha Allah kita akan menjadi manusia yang berkarakter baik.
Dalam hal ini akar dari semua tindakan yang
jahat dan buruk, tindakan kejahatan, terletak pada hilangnya karakter. Karakter
yang kuat adalah sandangan fundamental yang memberikan kemampuan kepada
populasi manusia untuk hidup bersama dalam kedamaian serta membentuk dunia yang
dipenuhi dengan kebaikan dan kebajikan, yang bebas dari kekerasan dan
tindakan-tindakan tidak bermoral.
Karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang
dibangun secara berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan,
pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan. Karakter diartikan sebagai cara
berpikir dan berperilaku yang khas dari setiap individu untuk hidup dan bekerja sama,
baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.
Untuk memahami makna pembangunan karakter dan
mengapa hal itu penting, ada suatu kisah yang menarik yang saya dapat dari kakak saya yang merupakan seorang guru. Suatu ketika, ada seorang pendidik yang mengusulkan kepada seorang
kepala sekolah agar dalam penerimaan peserta didik baru tidak menggunakan tes
ujian masuk dalam model apapun. Reaksi sang kepala sekolah menjadi
tekaget-kaget luar biasa. “Kalau penerimaan peserta didik baru tidak melalui
tes terdahulu, pasti sekolah ini nanti akan banyak diisi oleh peserta didik
yang bodoh-bodoh dan nakal-nakal. Terus bagaimana kualitas lulusan kita nanti”.
Demikian alasan sang kepala sekolah.
Kemudian, ia menjelaskan alasannya kepada
kepala sekolah tersebut. Alasannya begini: para peserta didik baru itu pada
dasarnya tidak ada yang bodoh, tidak ada yang nakal, tidak ada yang kekurangan
sifatnya. Dengan demikian, setelah para peserta didik baru yang masuk tanpa tes
itu diterima, mereka kemudian akan menjalani penelitian kecerdasan yang
dimiliki masing-masing. Hal ini dalam istilah ilmi psikologi pendidikan disebut
Multi Intelegences Research (MIR). Tindakan tersebut digunakan untuk
mengetahui gaya belajar peserta didik, sebuah data yang sangat penting yang
harus diketahui oleh para guru yang akan mengajar mereka.
Menurut saya, cerita tentang pendidik tersebut ada benarnya juga. Pendidikan adalah proses pembangunan karakter. Jadi, sudah seharusnya tidak menjadi sebuah masalah bagi siapapu yang akan masuk di dalamnya (sekolah). Pembangunan karakter adalah proses membentuk karakter dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Sama seperti kata-kata filosof kaliber Plato (347-428 SM), beliau mengatakan "Jika anda bertanya apa manfaat pendidikan, maka jawabannya sederhana: Pendidikan membuat orang menjadi lebih baik dan orang baik tentu berprilaku baik".
Sumber: Koesoema, Doni A. 2010. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, Jakarta: Grasindo.
Sumber: Koesoema, Doni A. 2010. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, Jakarta: Grasindo.
Komentar
Posting Komentar